Selasa, 24 April 2012

Pengadaan Lahan Pabrik Semen Diduga Bermasalah

RABU, 25 APRIL 2012 | 10:04 WIB

BAYAH- Polres Lebak merespons dugaan pelanggaran hukum pada pengadaan lahan untuk pembangunan pabrik semen PT Gama Group. Polres sudah menerjunkan tim untuk menindaklanjuti informasi tentang dugaan pemalsuan surat pembe ritahuan pajak terhutang (SPPT) dan penjualan hak guna usaha (HGU) pada pembebasan lahan di Kecamatan Bayah dan Cilograng.
Kapolres Lebak AKBP Yudi Hermawan mengatakan, meski belum ada laporan tertulis dari masyarakat soal dugaan pemalsuan SPPT dan penjualan lahan HGU, tetapi sudah membentuk tim dari Polres Lebak untuk menyelidiki. “Untuk menindaklanjuti informasi tersebut, saya sudah menurunkan tim untuk menyelidiki,” kata Yudi kepada wartawan melalui sam bungan telepon seluler, Selasa (24/4).
Dihubungi terpisah, Kepala Bagian Operasional (Kabagops) Polres Lebak Kompol Yudhis Wibisana membenarkan jika proses pembebasan lahan di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah sudah diproses secara hukum. Bahkan, kata Yudis, Kepala Desa Sawarna sudah ditetapkan menjadi tersangka, namun dihentikan lantaran yang bersangkutan meninggal dunia pada akhir 2011. “Saya lupa namanya, namun kepala desa tersebut sudah ditetapkan menjadi tersangka,” kata Yudis.
Sedangkan untuk pembebasan lahan di Desa Pangumbulan, Kecamatan Bayah masih dalam proses penyelidikan. “Semua informasi dugaan pelanggaran hukum dalam pembebasan lahan di Kecamatan Bayah dan Cilograng kita akan melidik,” pungkasnya.
Koordinator Bidang Advokasi pada Ikatan Mahasiswa Cilangkahan (IMC) Hendri Susilo Chaniago mengapresiasi langkah yang dilakukan Polres Lebak. Kata dia, Polres Lebak harus transparan dalam penyelidikan kasus ini. “Bila tidak ditemukan pelangaran hukum dalam kasus ini, harus disampaikan ke publik. Sebaliknya bila ada, tentu masyarakat memiliki hak untuk tahu,” ujaranya.
Diberitakan sebelumnya, pembebasan lahan pembangunan pabrik semen PT Gama Group di Bayah dan Cilograng dinilai sudah lama bermasalah. Hal ini diduga karena terdapat pemalsuan SPPT dan HGU. Selain itu, berkeliaran calo tanah yang merugikan warga. (mg-09/run/ags/del)

Rabu, 18 April 2012

Semoga IMC dari daerah bisa berbagi cerita untuk bangsa.

Oleh: Syarif Hidayat

Dari berjuta-juta mahasiswa sejagat, ada sekumpulan mahasiswa yang berbicara lain dalam melantangkan perjuangannya. Diatas tanah banten selatan yg kita injak sekarang, terbersit sebuah idealisme luhur untuk membangun bangsa dari daerah. Perjuangan ini bukanlah sebuah utopia yg lahir dan berkembang  dalam kegelisahan pemikiran saja. namun termanifestasi dalam amal nyata di masyarakat. Ini adalah para mahasiswa  berbicara nyaring mengenai filosofi gerakan mahasiswa kini dan masa depan, yang tidak hanya berteori tetapi dilambari juga dengan cerita perjalanan para kader2nya yang mengharu biru..dari Banten Selatan semoga IMC bisa berbagi cerita untuk bangsa.

Mahasiswa. Ia adalah sebuah signified (penanda) yang mengacu pada signifier (petanda) kelas menengah yang intelek, idealis, energik, dan potensial. Mahasiswa merupakan lambang kekuatan pemuda yang bergerak dan menggerakkan, karena berbagai potensi yang ia miliki. Itulah kenapa gerakan mahasiswa yang selalu mendapat sorotan, bukan gerakan manula atau gerakan anak-anak. Mereka memiliki kapasitas intelektual yang memadai dan berada pada usia yang cukup untuk membuat sebuah perubahan.

Paradigm Shifts
Bicara tentang perubahan paradigma, tentu kita tidak bisa melupakan Thomas Khun sebagai tokoh yang banyak menulis tentang “paradigm”. Dalam bukunya “The Structure of Scientific Revolution”, Khun menitikberatkan pada istilah scientific revolution (revolusi ilmu pengetahuan) yang kemudian dimaknai sebagai paradigm shifts (perubahan paradigma). Dengan kata lain revolusi ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah pergantian paradigma, perubahan pola pikir, cara memandang, cara mendefinisikan suatu gejala atau suatu persoalan.

Revolusi ilmu pengetahuan dalam ilmu sosial budaya terjadi ketika muncul paradigma baru yg mengungkap aspek2 tertentu dari gejala sosial budaya yang selama ini terabaikan. Artinya, paradigma baru adalah pengembangan dari paradigma lama, sehingga paradigma baru bersifat melengkapi paradigma lama. Hal ini memungkinkan manusia untuk memeroleh pemahaman yang lebih komprehensif mengenai gejala sosial tertentu.

Paradigma gerakan mahasiswa sebagai pelopor perubahan sosial perlu ditata kembali.  Gerakan mahasiswa tidak hanya sekedar “berteriak” di jalan, tapi juga berperan sebagai gerakan yang solutif. Gerakan mahasiswa merupakan gerakan kontrol sosial yang berbasis intelektual. Kata intelektual di sini mengacu pada kemampuan untuk berfikir strategis secara ilmiah. “Berteriak” pun pada dasarnya membutuhkan riset atau penelitian mendalam. Ketersediaan data-data yang akurat mengenai sebuah persoalan akan membuat kita mampu melihat lebih luas dan dalam, sehingga kita bisa menawarkan solusi yang memungkinkan untuk dilakukan.

Cadangan keras yang merupakan keluaran kampus haruslah cadangan yang berkualitas. Jangan sampai ada mahasiswa yang “jagoan” menjadi agen perubah, tidak pernah absen dari jadwal-jadwal demonstrasi, pandai berorasi, namun tergagap-gagap ketika bicara tentang spesialisasi ilmu yang ia pelajari di kampus. Ada perubahan yang kita teriakkan, ada ide-ide cemerlang yang kita tawarkan kepada bangsa ini, namun kita tidak boleh lupa bahwa kita tetap bertanggung jawab pada apa yang kita teriakkan di jalan-jalan. Artinya, pada fase pasca kampus kita harus menjadi bagian dari tawaran-tawaran perubahan yang kita teriakkan.

Solusi dari bidang keilmuan yang dikuasai oleh mahasiswa kemudian menjadi sebuah tuntutan. Mahasiswa adalah bagian dari solusi. Ilmu yang ditekuni mahasiswa di kampus bukan ilmu yang digunakan untuk mencari pekerjaan belaka, tapi pada dasarnya adalah ilmu yang digunakan untuk berkontribusi dalam masyarakat. Artinya, bagaimana ilmu yang kita miliki dapat kita kontribusikan untuk meningkatkan kualitas bangsa kita. Oleh karena itu kompetensi dalam bidang keilmuan menjadi sangat penting untuk kemajuan bangsa. Hal semacam ini justru akan semakin menunjang peran mahasiswa sebagai agen perubah dan pengontrol moral. Teriakan mahasiswa akan semakin berbobot jika ditunjang dengan kompetensi keilmuan dan profesionalisme dalam gerakan.

Kemampuan kita untuk melihat lebih luas akan membuat kita semakin bijaksana untuk menyikapi berbagai fenomena yang terjadi di negara kita. Gerakan mahasiswa kini harus mulai membenahi diri agar tidak tenggelam dalam euphoria pilitik, atau bahkan sebaliknya, terjebak dalam aktivitas-aktivitas studi an sich. Gerakan mahasiswa harus membuat formula agar peran-peran yang dibebankan kepada mereka berjalan beriringan dan saling menguatkan tanpa harus ada yang diabaikan. Lalu, kelak kita akan menjumpai mahasiswa-mahasiswa yang tidak apatis terhadap perubahan, aktif di lembaga-lembaga organisasi kampus maupun di extra kampus, kompeten dalam bidang keilmuannya dan memiliki moral yang dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan YME.

#Salam Berkarya.